Ramadhan hari ke 2
Apa yang terlintas dalam hati kecil Anda saat membaca ungkapan “puasa adalah untuk-Ku”? Ada apa dengan puasa? Berikut kami uraikan mengenai fadhilah puasa dan keistimewaannya dibandingkan dengan ibadah lainnya, dan penjelasan bahwa Allah ta’ala telah mengkhususkan ibadah puasa ini untuk-Nya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, ‘Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipat gandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, ‘Kecuali, amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. (HR Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim).
Maka dapat dipahami bahwa ibadah puasa adalah merupakan amalan yang paling jauh dari segala unsur riya dan pamer, karena hanya Allah yang mengetahui puasa kita. Ini mendidik kita untuk memurnikan keikhlasan hanya untuk Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
Hadis di atas menjelaskan keutamaan dan kelebihan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Ada beberapa penjelasan ulama tentang maksud dari hadis di atas.
Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menjelaskan tentang makna hadis ini dan mengapa puasa diberi keutamaan, diantara alasan yang paling kuat adalah bahwa ibadah puasa itu tidak terkena riya sebagaimana ibadah lainnya yang berpotensi terkena riya.
Kemudian maksud ungkapan Aku yang akan membalasnya, berikut ini penjelasan beberapa ulama terkait hadis diatas :
Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menjelaskan tentang makna hadis ini dan mengapa puasa diberi keutamaan, diantara alasan yang paling kuat adalah bahwa ibadah puasa itu tidak terkena riya sebagaimana ibadah lainnya yang berpotensi terkena riya.
Kemudian maksud ungkapan Aku yang akan membalasnya, berikut ini penjelasan beberapa ulama terkait hadis diatas :
- Ibnu Al-Jauzi berkata, ‘‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan, sedikit sekali yang selamat dari godaan, yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya, berbeda dengan ibadah puasa.
- Al-Qurtubi berkata, Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut, kecuali Allah, maka Allah sandarkan ibadah puasa itu kepada Diri-Nya. Amalan ibadah lainnya telah terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa, dia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai 700 kali sampai sekehendak Allah, kecuali puasa, Allah sendiri yang akan memberi pahalanya tanpa batasan.
- Ibnu Abdul Bar berkata, Cukuplah ungkapan ‘puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Penyandaran di sini adalah penyandaran kemuliaan dan keagungan. Sebagaimana ungkapan Baitullah (rumah Allah) meskipun semua rumah milik Allah.
- Az-Zain bin Munayyir berkata, Pengkhususan pada teks keumuman seperti ini tidak dapat dipahami melainkan untuk pengagungan dan pemuliaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
- Ibnu Abdil Barr menjelaskan, makna ungkapan puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya adalah bahwa ibadah puasa seseorang itu tidak terlihat melalui perkataan ataupun perbuatannya karena dia merupakan amalan hati yang tidak diketahui, kecuali oleh Allah. Puasa bukan sesuatu yang terlihat sehingga bisa ditulis oleh malaikat pencatat sebagaimana ibadah-ibadah lain, seperti dzikir, shalat, sedekah, dan ibadah lainnya.
Maka dapat dipahami bahwa ibadah puasa adalah merupakan amalan yang paling jauh dari segala unsur riya dan pamer, karena hanya Allah yang mengetahui puasa kita. Ini mendidik kita untuk memurnikan keikhlasan hanya untuk Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
6 Mei 2019 pukul 17.25
Semoga Allah Swt menolong kita untuk istiqomah menjalankan segala amal kebaikan demi meraih pahala yang tak pernah putus, amin.