Pahala menjenguk orang sakit


Menjenguk orang sakit termasuk amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Ta’ala, kepada ampunan, rahmat dan Surga-Nya. Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, dan terdapat keutamaan yang agung, serta pahala yang sangat besar, dan merupakan salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.

“Apabila seseorang menjenguk saudaranya Чαπƍ muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ

"Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga." (HR. Al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi)

Menjenguk orang sakit jelas lebih ringan dari bersedekah susu, karena tidak membutuhkan dana atau tenaga yang besar. Kendati ringan, amalan ini dapat mengantarkan pelakunya ke dalam surga sebagaimana di sebutkan pada hadis di atas. Selain balasan surga, Allah SWT. juga telah menyediakan balasan pahala yang besar kepada seorang muslim yang menjenguk orang sakit, di antaranya adalah sebagai berikut :

  1. Pujian dari Allah dan malaikat
    Dalam riwayat di atas menyebutkan, “Maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik.’“ Sedangkan dalam riwayat lain disebutkan, “Maka Allah Ta’ala berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, dan langkahmu adalah langkah yang baik.’” Tidak ada pertentangan antara kedua riwayat ini, karena Allah Ta’ala melontarkan pujian ini, dan sekaligus memerintah malaikat untuk menyerukan pujian yang sama kepada seornag muslim yang menjenguk orang sakit.

  2. Shalawat dari 7.000 malaikat
    Rasul SAW bersabda, “Tidak ada seorang Muslim yang menjenguk saudaranya sesama Muslim di pagi hari, melainkan tujuh puluh ribu Malaikat dan bersalawat untuknya hingga sore hari. Jika ia menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat untuknya hingga pagi hari, dan ia akan mendapat taman buah di surga”(HR.Tirmidzi).

  3. Dimasukkan ke dalam surga
    Seperti penggalan hadits di atas, “Maka malaikat akan berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau telah mendapat suatu tempat di surga.”

  4. Memiliki taman buah di surga
    Seperti penggalan hadis riwayat Tirmidzi, “Dan ia akan mendapat taman buah di surga.” Nabi saw. bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 5: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menyambut undangan, dan mendoakan orang yang bersin” (HR.Bukhari dan Muslim).

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنِ اسْتَغْفَرَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ حَسَنَةً

“Siapa yang beritighfar (memintakan ampunan) untuk orang-orang beriman laki-laki dan perempuan maka Allah mencatat kebaikan untuknya sebanyak kaum muminin dan mukminat.”(HR. al-Thabrani dan dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’. Al-Haitsami berkata tentangnya dalam Majma’ al-Zawaid: sanadnya baik)

Masih pelit untuk memberikan kebaikan kepada suadara seiman? Masih enggan memintakan ampunan atas kesalahan-kesalahan saudara seislam? Masihkah terasa berat melangkahkan kaki menjenguk suadara yang terbaring sakit? Wallahu A’lam.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kembali ke fitrah awal hidup baru


Ramadhan sebentar lagi akan kita lewati dan kita memasuki suatu hari yang disebut hari kemenangan. Di mana-mana kita mendengar ucapan "Minal Aidin wal-Faizin" yang artinya “Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan menjadi orang-orang menang". Kemenangan itu karena kita berhasil melakukan kebaikan selama satu bulan penuh, sehingga diharapkan setelah puasa selesai, kebaikan tersebut masih terus dipelihara.

Kita tidak perlu takut dan waswas dalam menghadapi masa depan. Kerikil tajam, bukit terjang, serta godaan hawa nafsu yang pasti akan mengiringi langkah kita. Justru setelah kita melalui hari kemenangan ini, maka kita harus berjalan lebih mantap. Karena Ramadhan adalah momentum perubahan. Artinya kita sudah berubah, entah besar atau kecil, jika kita menjalani ibadah shaum dengan baik, pasti ada perubahan positif dalam diri kita.

Hari Raya Idul Fitri adalah momen kembali ke titik nol. Momen untuk mengambil langkah-langkah baru demi keberhasilan kita dimasa mendatang. Seperti bayi yang baru lahir, kita perlu berpikir benar-benar dari nol. Kita susun langkah seolah tidak ada beban dipundak kita. Kini saatnya kita mengambil langkah yang seharusnya kita ambil sejak dulu. Kini kita saatnya melepaskan apa yang seharusnya kita tinggalkan sejak dulu. Semua ini karena kita memang sudah lepas dari masa lalu menuju masa depan yang lebih gemilang. Yang tersisa dari masa lalu hanyalah hikmah yang akan menjadi bekal kita menapaki jalan yang akan kita tempuh.

Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada fitrah (kesucianya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, dan rizqi yang dimiliki telah dicuci dengan zakat, dan jika antara sesama telah saling memaafkan maka baru dapat dikatakan kembali kepada kesucian dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri, manusia yang taat pada takdir Allah سبحانه وتعالى meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan "terlahir kembali".

Idul Fitri bukanlah suatu yang akhir, masih akan ada perjuangan yang harus dilalui sesudahnya. Seperti yang pernah diisyaratkan Rasulullah seusai perang Badr di akhir Ramadhan. Bahwa, dari perang kecil (Badr) ini, masih ada perang yang lebih besar untuk mengekang hawa nafsu dalam menegakkan syariat islam dengan benar. Sabda Rasulullah : الدين النصيحة , Arti nasehat bukan sekadar membimbing dengan kata-kata, tetapi menunjukkan serta mendukung segala kebajikan dengan amal perbuatan, tidak hanya memberi contoh tapi mampu sebagai contoh, sehingga pemberi nasihat mengantar orang yang dinasihati kepada suasana keterbukaan, tenggang rasa, serta insyaf bahwa kebutuhan manusia tidak dapat dipenuhi kecuali dengan bantuan orang lain. Jika hal ini terwujud maka akan tercipta ukhuwah yang kuat dalam hubungan antar manusia.

Kita memang masih boleh melanjutkan apa yang sudah kita mulai sejak lama. Tetapi bukan karena harus melanjutkan, kita melanjutkan apa yang sudah kita lakukan karena keputusan baru, atas petimbangan kita saat ini. Apakah yang kita lakukan ini harus kita lanjutkan atau tidak? Bukan…, bukan karena Anda harus melanjutkan. Andalah yang menentukan, bukan pekerjaan Anda, bukan bisnis Anda, bukan siapa pun.

Kita sudah berubah menjadi lebih baik, baik dari segi ruhiah, fikriah, maupun jasadiah melalui Ramadhan yang baru saja kita lalui. Kita juga sudah terlepas dari beban masa lalu. Kita juga sudah mendapatkan bekal berupa hikmah dari guru yang bijaksana (pengalaman kita). Maka kini saatnya kita melangkah maju ke depan untuk meraih masa depan yang gemilang.

Akhirnya kita berharap agar Idul Fitri 1440 Hijriah tahun ini, di samping dirayakan secara masif yang hanya satu kali dalam setahun, akan dapat menyadarkan kita semua agar secara bertahap memahamii hakikat Idul Fitri sehingga buah yang didapat adalah kemenangan sejati, bukan capaian spiritual yang dangkal dan tuna-makna. Semoga Allah menerima ibadah dan doa kita dan semoga kita kembali ke fithrah kesucian dan meraih kemenangan abadi dengan hidup damai di dunia dan di akhirat.
Gambar terkait
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Jangan sampai kepalamu berubah jadi kepala keledai


Sering kita melihat ada rekan kita pada saat shalat berjamaah, yang entah karena tidak tahu atau karena kelalaian, mendahului gerakan-gerakan Imam dalam shalat terutama saat bangkit dari ruku (i’tidal) dan bangkit dari sujud. Sepertinya hal ini merupakan masalah yang remeh, tetapi bagaimanakah Islam memandangnya?

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ، أَوْ أَنْ يَجْعَلَ اللهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ

“Tidakkah salah seorang dari kalian takut apabila mengangkat kepalanya mendahului imam Allah akan mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau mengubah wujudnya menjadi wujud keledai?” (HR. Bukhari)

Terkadang ada sebagian manusia, entah dengan alasan apa, mungkin karena merasa sudah sangat hapal gerakannya, bergerak sebelum imam selesai bergerak, bahkan ada yang mendahului imam. Imam belum sujud, kepalanya sudah tersungkur ke lantai. Imam belum bangkit, ia sudah sempurna duduknya. Imam belum berdiri ia sudah tegak tubuhnya.

Kita tahu imam itu panutan. Seperti halnya seorang pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tak boleh membangkang padanya bukan? Kita pun tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu tanpa disetujui oleh pemimpin..

Begitu pula dalam shalat berjamaah. Kita tak bisa mendahului imam, sebab imamlah yang mengatur dan mengarahkan kita ketika shalat. Kita tak bisa seenaknya melakukan gerakan lebih dulu daripada imam. Kalau mau begitu sih, lebih baik shalat sendiri saja..

Perbuatan mereka itu tentu tidak ada tujuan apa pun kecuali terpengaruh godaan setan yang memperindah perbuatan tersebut agar pahala ibadah mereka berkurang. Abu Hurairah mengatakan, “Penyebab orang-orang yang mengangkat atau menundukkan kepala mereka lebih dahulu dari imam itu karena ubun-ubunnya di tangan setan.” (HR. Malik).

Rasulullah mengancam, bagi orang-orang yang ketika shalat berjamaah, bergerak mendahului geraknya imam, maka kelak Allah akan mengubah kepalanya di hari kiamat menjadi kepala keledai. Sungguh ini adalah teguran teramat keras bagi kita, bagi orang-orang yang shalat berjamaah, tetapi tidak mengikuti tuntunan syariat untuk tunduk pada perintah imam.

Kita tahu imam itu panutan, seperti halnya seorang pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tak boleh membangkang padanya bukan? Kita pun tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu tanpa disetujui oleh pemimpin.

Mari kita memohon kepada Allah agar mengaruniakan pemahaman terhadap agama dan menasihati hamba-hambanya Allah yang lain. Juga menganugerahkan kita agar mengikuti sunah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Allah cinta pada hamba-Nya yang bertaubat


Pada hakikatnya hidup di dunia ini hanya untuk beribadah mendapatkan ridho dan cinta dari Allah Subhanahu Wata’ala. Untuk memperoleh cinta dari Allah, seseorang itu harus melakukan berbagai cara dan banyak usaha untuk meraih perhatian-Nya. Kita akan merugi jika hidup di dunia ini hanya untuk mengundang murka Allah azza wa jalla.

Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk bertaubat, dan perintah ini merupakan kewajiban yang harus segera dilaksanakan sebelum ajal tiba. Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.

Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa

Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu… Jalan orang-orang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu… Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Tuhanmu…

Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila engkau telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah bertaubat.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54)

Berbagai Keutamaan Taubat

Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:

  1. Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan kepada Allah.
    Allah ta’ala berfirman, إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)

  2. Taubat merupakan sebab keberuntungan.
    Allah ta’ala berfirman وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

  3. Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
    Allah ta’ala berfirman وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25) Allah ta’ala juga berfirman وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً “Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71)

  4. Taubat merupakan sebab masuk surga dan terhindar dari siksa neraka.
    Allah ta’ala berfirman, فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئاً “Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)

  5. Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat Allah.
    Allah ta’ala berfirman, وَالَّذِينَ عَمِلُواْ السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُواْ مِن بَعْدِهَا وَآمَنُواْ إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ “Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)

  6. Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
    Allah ta’ala berfirman, وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً “Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68-70) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)

  7. Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
    Allah ta’ala berfirman, فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ “Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3) Allah ta’ala juga berfirman, فَإِن يَتُوبُواْ يَكُ خَيْراً لَّهُمْ “Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (QS. At Taubah: 74)

  8. Taubat menjadi sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
    Allah ta’ala berfirman, إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَاعْتَصَمُواْ بِاللّهِ وَأَخْلَصُواْ دِينَهُمْ لِلّهِ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْراً عَظِيماً “Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)

  9. Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.
    Allah ta’ala berfirman, وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ “Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)

  10. Taubat menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.
    Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala, الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْماً فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ “Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS. Ghafir: 7)

  11. Taubat termasuk bentuk ketaatan kepada kehendak Allah.
    Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala, وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً “Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.

  12. Taubat membuat Allah bergembira dengan sebab hal itu.
    Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)

Di bulan Ramadhan ini, mari kita kembali memancangkan keyakinan bahwa Allah Maha mengasihi dan menyayangi kita. Allah tidak ingin hamba-hamba-Nya celaka oleh perbuatannya sendiri. Syariat ttaubat adalah salah satu bentuk kasing sayang Allah kepada kita. Agar kita menjadi orang-orang yang beruntung, dan agar kelak saat menghadap-Nya catatan amal kita bersih dari dosa-dosa. Mari kita laksanakan sebelum pintu taubat tertutup, sebelum nyawa berada dikerongkongan, sebelum kehidupan dunia berakhir atau sebelum matahari terbit dari ufuk barat. Wallahu ‘alam bish-shawab.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Keutamaan pergi menuju masjid


Di negeri kita banyak sekali dibangun masjid, sebagian besar bentuknya sangat indah dan megah. Namun sayang keindahan dan kemegahannya tidak selaras dengan kemakmurannya. Banyak masjid-masjid yang tidak ada jama’ahnya kecuali pada shalat Jum’at saja. Mungkin faktor yang paling utama adalah minimnya pengetahuan kaum Muslimin akan keutamaan mendatangi masjid dan beribadah di dalamnya.

Fadhilah / keutamaan pergi menuju masjid diantaranya adalah :

  1. Allah menyediakan hidangan surga
    Shalat merupakan perintah Allah yang harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Dan diantara mengerjakan shalat wajib lima waktu yang terbaik adalah di masjid. Keutamaan ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits, dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Barangsiapa pergi ke masjid pada waktu pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan untuknya suatu hidangan di syurga, setiap kali ia pergi pagi atau sore hari itu.” (Muttafaq’alaih)

  2. Setiap langkahnya diampuni dosa dan diangkat derajat
    Sungguh luar biasa bagi orang yang memenuhi panggilan Allah berupa seruan adzan dan menyegerakan untuk pergi ke masjid, setiap langkahnya Allah hapus kesalahan, dan langkah yang lainnya Allah naikkan derajatnya. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: ” Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi ke salah satu dari beberapa rumah Allah -yakni masjid- untuk menyelesaikan salah satu shalat wajib dari beberapa shalat yang diwajibkan oleh Allah, maka langkah-langkahnya itu yang selangkah dapat menghapuskan satu kesalahan sedang langkah yang lainnya dapat menaikkan satu derajat.” (HR. Muslim)

  3. Setiap langkahnya menuju masjid dicatat pahala disisi Allah
    Dalam setiap langkah menuju masjid dan lengkah menuju rumahnya, dicatat berupa pahala kebaikan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana dijelaskan dalan hadits dari Ubay bin Ka’ab r.a., katanya: “Ada seorang dari golongan sahabat Anshar yang saya tidak mengetahui seorangpun yang rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah orang itu jikalau hendak ke masjid, tetapi ia tidak pernah terlambat oleh sesuatu shalat (yakni setiap shalat fardhu ia selalu berjamaah). Kepadanya dikatakan: “Alangkah baiknya jikalau engkau membeli seekor keledai yang dapat engkau naiki di waktu malam gelap gulita serta di waktu teriknya panas matahari.” Ia menjawab: “Saya tidak senang kalau rumahku itu ada di dekat masjid, sesungguhnya saya ingin kalau jalanku sewaktu pergi ke masjid dan sewaktu pulang dari masjid untuk kembali ke tempat keluargaku itu dicatat pahalanya untukku.” Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Allah telah mengumpulkan untukmu pahala kesemuanya.” (HR. Muslim)

    Dalam hadits yang lain dijelaskan, dari Jabir r.a., katanya: “Ada beberapa bidang tanah di sekitar masjid itu kosong, lalu keluarga Bani Salimah berkehendak akan berpindah di dekat masjid. Hal itu sampai terdengar oleh Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda kepada mereka: “Ada berita yang sampai kepadaku bahwa engkau semua hendak berpindah di dekat masjid.” Mereka menjawab: “Benar, ya Rasulullah. Kita memang berkehendak demikian.” Beliau lalu bersabda lagi: “Hai keluarga Bani Salimah, bekas langkah-langkahmu dicatat pahalanya untukmu semua. Maka itu tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, tentu dicatatlah bekas langkah-langkahmu semua itu.” Mereka lalu berkata: “Kita tidak senang lagi untuk berpindah.” (HR. Muslim). Imam Bukhari meriwayatkannya hadits serupa di atas dari riwayat Anas.

  4. Pahala besar bagi orang yang terjauh langkahnya ke masjid
    Dari Abu Musa r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya sebesar-besar manusia perihal pahalanya dalam shalat ialah yang terjauh diantara mereka itu tentang jalannya lalu lebih jauh lagi. Dan orang yang menantikan -menunggu- shalat sehingga ia dapat mengikuti shalat itu bersama imam adalah lebih besar pahala daripada orang yang melakukan shalat itu dengan sendirian lalu ia pulang tidur.” (Muttafaq ‘alaih)

  5. Berjalan ke Masjid di malam hari akan mendapat cahaya di hari kiamat
    Dari Buraidah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan di waktu malam ke masjid-masjid bahwa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna besok pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud & Tirmidzi)

  6. Banyaknya langkah ke masjid dapat melebur kesalahan
    Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa derajat?” Para sahabat menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu’ sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi -seperti terlampau dingin dan sebagainya-, banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang dapat disebut ribath -perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan-.” (HR.Muslim)

  7. Orang yang datang ke masjid ciri orang beriman
    Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Jikalau engkau semua melihat seseorang membiasakan ke masjid, maka saksikanlah ia dengan keimanan -yakni bahwa orang itu benar-benar orang yang beriman-. Allah Azzawajalla berfirman: “Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk..”(Q.S At-Taubah: 18). (HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

(Silahkan klick dibawah ini tentang permasalahan)

Ke mesjid lebih baik naik kendaraan atau jalan kaki ?
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Hukum mengkafirkan sesama muslim


Mengkafirkan orang bukan perkara kecil. Orang yang mengaku Islam itu tidak boleh dikafirkan, melainkan kalau ia terus terang ingkar kepada Al Quran dan kepada Nabi saw. Sesungguhnya perkara Takfir (menuduh kafir seorang muslim) adalah perkara yang sangat berat dan serius, hal ini dikarenakan apabila tuduhan tersebut tidak terbukti, maka tuduhan tersebut akan berbalik kepada dirinya, yang artinya orang tersebut menjadi kafir tanpa dia sadari.

Di masa ini, sering kita temui peristiwa menganggap orang lain kafir dan mengkafirkan orang lain yang sesama muslim. padahal hal tersebut seharusnya dihindari untuk menjaga kerukunan dan kedamaian antar umat seagama. Banyaknya aliran islam yang satu sama lain menganggap dirinya yang terbaik ialah salah satu penyebabnya. Seseorang menjadi lemah imannya dan sangat minim pemahamannya terhadap hukuman dan ancaman mengkafirkan orang lain baik pada dunia maupun akhirat.

Kita sering membaca bahwa Allah dan RasulNya selalu menganjurkan hambaNya untuk memperbanyak kebaikan kepada orang lain dengan saling mengingatkan pada kebaikan dan saling mencegah kemungkaran. Mengkafirkan orang lain berarti melanggar perintah Allah tersebut dan mengikuti jalan syetan sebagaimana syetan senang ketika manusia memiliki hati yang gelap yang jauh dari petunjuk Allah dan merupakan slaah satu bahaya nafsu dalam islam.

Munculnya pemboman, teror, dan pembunuhan ialah hasil dari mengkafirkan orang lain. yang berawal dari pengaruh bahwa melakukan hal demikian adalah contoh nyata perjuangan umat islam, padahal sama sekali tidak ada syariatnya dalam Al Qur’an maupun hadist. Perbuatan tersebut pun mencoreng nama islam. Bagaimana pandangan islam tentang hal tersebut? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut mengenai hukum mengkafirkan orang lain.

Pengkafiran Hanya Hak Allah dan Rasulullah

Sebelum memahami tentang perbuatan mengkafirkan, kita wajib mengetahui terlebih dahulu mengenai kedudukan kaum muslimin di mata Allah. Kaum muslimin ialah kaum yang paling dilindungi dan diberkahi Allah, kaum muslimin selalu mendapat ridho dalam setiap urusannya jika melakukan segala sesuatu sesuai syariat dan aturan islam serta tidak melanggar perintahNya. keutamaan iman dalam islam akan menjauhkan seorang mukmin dari hawa nafsu yang dapat menuju kepada kafir.

Allah selalu memerintahkan hambaNya untuk tolong menolong dan saling mengingatkan dalam kebaikan, jika sesama muslim saling mengkafirkan atau saling berkhianat tentu tidak akan ada kerukunan dan kedamaian dalam beragama. Contohnya ialah saing tuduh menuduh dan mengkafirkan. “Pengkafiran itu adalah hak Allah dan RasulNya, oleh karena itu tidaklah seseorang itu kafir kecuali yang dikafirkan oleh Allah dan RasulNya”. (Irsyad Ulil Abshar wal Albab linail Fiqh hal 198).

Pengkafiran hanya menjadi hak Allah dan RasulNya yang mengetahui isi hati manusia, sesama manusia tidak diperbolehkan mengkafirkan orang lain baik yang berhubungan dengan ajakan atau menuduh. Hal tersebut akan merusak kedudukan kaum muslimin di mata Allah dan mendapat berbagai azab baik di dunia maupun di akherat dimana seharusnya sesama muslim saling menjaga akhlak agar sama sama menjauhi godaan syetan yang terkutuk sehingga akan terkena azab menghina islam.

Hukum mengkafirkan orang lain ialah jelas haramnya, tidak pernah ada perintah atau teladan Rasulullah dalam hal tersebut manusia tidak berhak memastikan hati dan amalan orang lain, sebab merupakan kuasa Allah semata. Bagaimana mungkin mengajak kepada kemungkaran sementara dia tahu bahwa hidup di dunia menurut islam hanyalah sementara? Haramnya mengkafirkan orang lain sesuai dengan berbagai hadist dan firman Allah berikut ini :

  1. Kekafiran Kembali Kepada Orang yang Melakukan
    “Siapa saja yang berkata pada saudaranya : hai kafir, maka akan terkena salah satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada orang yang mengucapkannya”. (HR Bukhari).

    Penjelasan dari hadist tersebut ialah seseorang yang mengkafirkan orang lain sekalipun dengan ucapan, hal tersebut akan kembali kepada dirinya sendiri. artinya orang tersebut juga dianggap kafir sebab telah berkata demikian pada sesama muslim yang seharusnya saling mencegah maksiat satu sama lain..

    Contoh yang demikian tidak wajib dihindari, tidak diperbolehkan mengkafirkan orang lain walaupun hanya dengan kata kata yang tidak sengaja seperti ucapan yang bercanda. Hal demikian termasuk haram. Agama islam bukan sebagai bahan untuk bercanda, sebab akhlak dan syariat islam adalah bagian yang terdalam dari hati manusia dan menjadi panduan dalam kehidupan sehari hari. menjadikannya sebagai bahan gurauan sama saja seperti mengkafirkan orang lain.

  2. Termasuk Dosa Besar
    “Dan melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya”. (HR Bukhari). Mengkafirkan walaupun hanya dengan menuduh termasuk dosa besar yang hukumannya sama dengan membunuh sebab mengkafirkan telah menjauhkan orang dari jalan Allah yang lurus dan menjerumuskan orang lain kepada jalan yang sesat..

    Contoh nyata mengkafirkan orang lain ialah adanya aliran yang mengaku mengikuti syariat islam tetapi dalam segala urusannya sama sekali tidak mengikuti perintah Allah dan RasulNya. Seperti yang dilakukan oleh para teroris yang melakukan pembunuhan dan pengeboman di berbagai tempat yang berawal dari pengaruh bahwa hal tersebut akan membawanya ke surga. Padahal justru hal sebaliknya yang terjadi sebab dia telah menghilangkan nyawa orang banyak.

  3. Larangan Rasulullah
    “Tidaklah seorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang divonis tidak demikian”. (HR Bukhari). Penjelasan tersebut ialah larangan untuk mengkafirkan seseorang yang muslim atau memiliki akhlak islam yang baik sebab kekafiran tersebut justru akan kembali kepada dirinya sendiri. contohnya ialah tindakan yang menuduh orang alim atau ulama dengan sesuatu yang buruk..

    Hukum mengkafirkan orang lain jelas haram sesuuai sabda Rasulullah walaupun hanya berupa vonis atau tuduhan semata. Setiap manusia wajib menghormati sesama muslim dan mencegah keburukan serta kemaksiatan satu sama lain. jika melakukan kekafiran maka orang tersebut telah melakukan hal yang sebaliknya, yaitu mengarahkan orang lain kepada kemaksiatan.

  4. Mengingkari Ayat Ayat Allah
    “Dan tiadalah yang mengingkari ayat ayat kami selain orang orang kafir”. (QS Al Ankabut : 47). Mengkafirkan orang lain sama saja dengan mengingkari ayat ayat Allah sebab mengingkari perintah yang terdapat dalam firmanNya. Jelas dalam firman Allah diperintahkan untuk mengasihi sesama dan mengajak sesama muslim untuk berbuat kebaikan. Jika ada seseorang yang tidak mengikuti syariat islam, maka bukan menjadi hak manusia untuk menghakimi atau mengakfirkan melainkan hanya Allah yang berhak menilainya..

    Rasulullah dan para sahabat sejak jaman terdahulu ketika islam telah disebarkan tidak pernah mengingkari atau meragukan ayat ayat Allah. Rasulullah juga tetap bersikap baik pada setiap orang walaupun orang tersebut bukan pengikutnya atau menjalankan perintah islam. Tetapi rasulullah tidak semata menganggap orang tersebut akan kafir untuk seterusnya sebab beliau menyadari bahwa Allah bisa kapan saja membolak balikkan hati umatNya.

  5. Ikut Menjadi Golongan Kafir
    “Barang siapa mencari agama selain agama islam, maka sekali kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya dan dia di akherat termasuk orang orang yang rugi”. (Kasfu Al Qana). Mengkafirkan orang lain termasuk tindakan mencari agama selain islam, hal tersebut ialah sebuah kerugian dan tidak akan diterima amal kebaikannya di dunia dan di akherat. contoh dalam masa sekarang ialah seseorang yang mempegaruhi sesama muslim untuk tidak menjalankan kewajiban sebagai umat muslim..

    Walaupun hanya sebuah tindakan sepele, tetapi termasuk mengkafirkan sebab menjadi umat muslim ialah berarti keseluruhan dan kesempurnaan amal ibadah seperti menjalankan segala perintah dan menjauhi laranganNya. Dosa orang yang dikafirkan akan ditanggug oleh orang yang mengkafirkan dan keduanya sama sama mendapat azab dari Allah dan menjadi golongan kafir.

Karena itu, mari kita memohon kepada Allah Ta’ala agar melindungi kita dari kesalahan-kesalahan lisan kita. Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjaga kalbu kita dan menahan kita dari berucap apa-apa yang dimurkai Allah dan yang memudharatkan diri kita, sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Ternyata .. ada yang enggan masuk surga


Setiap insan mendambakan masuk surga, tapi tidak semua yang mendamba surga menyiapkan diri di dunia ini dengan amal yang mangantarkannya ke surga. Sikap seperti ini pada hakikatnya adalah gambaran seseorang yang tidak serius ingin masuk surga, untuk itu kita harus berupaya melakukan semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, agar kita bisa mendapatkan surga yang dijanjikan-Nya.

Setiap muslim dipastikan akan masuk surga, namun tidak ada yang menjamin bisa lolos begitu saja tanpa lewat neraka. Tergantung dari dosa dan berat timbangan amal baik dan buruk seelah di hisab. Namun sebaliknya orang kafir sudah dipastikan masuk neraka.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa mentaatiku maka akan masuk surga, barangsiapa yang menyelisihiku berarti dia enggan.” (HR. Al Bukhari)

Hadits ini merupakan berita gembira sekaligus peringatan keras. Berita gembira bagi umat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan surga yang dijanjikan. Yaitu mereka yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, kejujuran seseorang yang merindukan surga akan tercermin pada amaliyahnya selama di dunia.

Adapun peringatan keras kepada orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa. Maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surga. Artinya, orang ini telah menolak masuk surga dengan rangkaian amal buruknya di dunia.

Surga adalah kenikmatan yang luar biasa. Baunya saja bisa tercium dari jarak 70 tahun perjalanan. Namun, ada orang-orang yang jangankan masuk surga, mencium bau surga saja tidak bisa. Siapakah mereka? Inilah hadits-hadits yang menerangkannya:

  • Orang yang sombong
    Orang yang sombong, ia tidak bisa masuk surga. Juga tidak bisa mencium bau surga. Bahkan, sekalipun kesombongannya sangat kecil, sebesar biji dzarrah.

    عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَفِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ تَحِلُّ لَهُ الْجَنَّةُ أَنْ يَرِيحَ رِيحَهَا وَلاَ يَرَاهَا. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو رَيْحَانَةَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّ الْجَمَالَ وَأَشْتَهِيهِ حَتَّى إِنِّى لأَحِبُّهُ فِى عَلاَقَةِ سَوْطِى وَفِى شِرَاكِ نَعْلِى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْسَ ذَاكَ الْكِبَرُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ سَفِهَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ بِعَينَيْهِ

    Dari Uqbah bin Amir, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki meninggal dunia, dan ketika ia meninggal di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong, akan halal baginya mencium bau surga atau melihatnya.” Lalu seorang laki-laki dari suku Quraisy yang bernama Abu Raihanah berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, saya benar-benar menyukai keelokan dan menggemarinya hingga pada gantungan cemetiku dan juga pada tali sandalku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu tidaklah termasuk kesombongan, sesungguhnya Allah ‘azza wajalla itu Indah dan menyukai keindahan. Akan tetapi sombong itu adalah siapa yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia dengan kedua matanya.” (HR. Ahmad)

  • Orang yang mencari ilmu akhirat untuk tujuan duniawi
    Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu, terutama ilmu akhirat. Menuntut ilmu akhirat ini dalam salah satu hadits juga disebut fi sabilillah. Namun, jika ilmu akhirat dicari dengan tujuan duniawi, maka orang tersebut terancam tidak bisa mencium bau surga.

    مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا “Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad)

  • Orang yang menisbatkan nasab bukan kepada ayahnya
    Nasab merupakan salah satu hal yang dijaga oleh Islam. Orang yang mengaku sebagai anak orang lain yang bukan ayahnya, ia juga mendapat ancaman tidak bisa mencium bau surga. Karenanya Islam melarang umatnya menisbatkan nama kepada nama orang tua angkat.

    مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ قَدْرِ سَبْعِينَ عَامًا أَوْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

    “Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Ahmad; shahih)

  • Wanita yang berpakaian tapi telanjang
    Sebagian ulama juga menafsirkan bahwa maknanya mereka yang tidak menutupi aurat. Seperti pakaian wanita yang hanya sampai selutut atau sepaha, atau sebetis, dan tidak menutupi kepalanya. Maka ini semua pakaian yang semakna dengan telanjang. Sebagian ulama yang lain mengatakan makna “wanita yang berpakaian namun telanjang” adalah mereka memakai pakaian yang tipis yang tidak menutupi kulit, sehingga mereka semakna dengan telanjang. .

    صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

    “Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR. Muslim)

Lalu, kita termasuk di pihak yang mana? Kita yang menginginkan surga dengan taat kepada Rasul, atau kita yang ingin surga tapi sekedar “lipsing” aja, adahal banyak perbuatan kita justru yang mengindikasikan kalau kita adalah orang yang enggan masuk surga? Jawaban dari semua itu akhirnya kembali pada diri kita masing-masing.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Orang-Orang Yang Di Do’akan Malaikat


Malaikat adalah makhluk yang paling taat kepada Allah, mereka selalu beribadah dan tak pernah melakukan kemaksiatan. Selain memuji Allah, para malaikat juga mendoakan kepada manusia.  Sungguh berbahagia orang yang didoakan oleh para malaikat. Didoakan oleh saudara kita yang shalih saja sudah sangat bahagia, maka bagaimana jika yang mendoakan kita adalah malaikat ?

Orang Mukmin dihimbau untuk banyak berdoa dan meminta didoakan oleh orang atau pihak lain. Salah satunya adalah meminta agar didoakan oleh malaikat, makhluk Allah yang tercipta dari cahaya dan selalu taat kepada-Nya, tidak pernah berbuat maksiat atau durhaka kepada-Nya. Dengan malaikat, seorang Mukmin tak perlu bertemu langsung karena ia makhluk gaib. Ia cukup melakukan amal yang jika dilakukan maka malaikat akan mendoakannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلاَّهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.

“Para malaikat akan mendoakan salah seorang di antara kalian selama ia tetap berada di tempat shalatnya, selama ia tidak berhadats. Malaikat mengucapkan, “Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia.” (HR. Bukhari, no. 426)

Di antara amal itu adalah tidak beranjak dari tempat shalat, seperti disebutkan dalam hadits di atas. Maksudnya, tetap duduk di tempat shalat sambil berzikir, berdoa, bermunajat, atau membaca Al Qur'an, dalam kondisi tetap suci belum berhadas.

Pada saat semacam itu, malaikat mendoakannya agar diberi ampunan dan rahmat oleh Allah. Dua hal yang sangat diharapkan oleh orang Mukmin dalam kehidupannya di dunia. Di samping ia sendiri yang berdoa memohon ampunan Allah dan rahmat-Nya, malaikat-pun ikut mendoakannya. Doa malaikat termasuk salah satu yang cepat dikabulkan Allah, karena ia makhluk yang dekat dengan-Nya.

Siapakah mereka dan apakah gerangan yang mereka perbuat ?

  1. Menunggu waktu shalat
    Nabi bersabda, “Tidaklah salah seorang di antara kalian menunggu shalat pada salah satu shalat, sedangkan dia tidak berhadats (batal), maka malaikat akan berdoa, “Ya Allah ampunilah dia ya Allah rahmatilah dia.” (HR. Muslim)

    Keutamaan lain yang akan didapat oleh orang yang duduk menunggu shalat dengan keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala-, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kabar gembira bahwasanya orang yang berdo’a di antara waktu adzan dan iqamat, niscaya do’anya itu tidak akan ditolak.

    Para Imam (yaitu Imam Ahmad, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban dan Imam Dhi-ya-uddin al-Maqdisi) meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ، فَادْعُوْا ‘Sesungguhnya do’a (yang dipanjatkan) di antara adzan dan iqamat tidak akan pernah ditolak, karena itu berdo’alah."

  2. Shalat di Shaf terdepan
    Diriwayatkan dari Al Barra’ bin ‘Adzib bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “إن الله وملائكته يصلون على الصف المقدم، والمؤذن يغفر له مدى صوته ويصدقه من سمعه من رطب ويابس وله مثل أجر من صلى معه” “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf awal, dan muadzin itu akan diampuni dosanya sepanjang radius suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh segala sesuatu yang mendengarkannya, baik benda basah maupun benda kering, dan dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya” (HR. Ahmad dan An Nasa’i)

  3. Para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya
    Rasulullah SAW bersabda :

    مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْـجَنَّةِ وَإِنَّ الْـمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِـمِ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى الْـحِيْتَانُ فِى الْـمَاءِ “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.” (HR. Muslim)

[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do’akan Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni, Pustaka Ibnu Katsir]
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Ciri-ciri orang munafik


Kita tidak pernah tahu isi hati orang lain, namun pasti Allah akan ungkap pada saatnya nanti dimana orang munafik pasti keluar dari barisan orang-orang beriman dan setiap orang beriman pasti keluar dari barisan orang-orang munafik. Sehingga barisan orang-orang beriman hanya berisi orang-orang beriman saja tidak ada orang munafik dan barisan orang-orang munafik hanya berisi orang-orang munafik saja tidak ada orang beriman di dalamnya.

Nifaq merupakan salah satu sifat tercela dalam Islam. Orang yang melakukan nifaq disebut munafik. Ada dua jenis orang munafik. Pertama orang munafik yang mengaku Muslim, tetapi tidak memiliki keimanan atas dasar Islam. Kedua adalah orang yang dalam hatinya mengaku Islam, tetapi tidak melaksanakan akhlak mulia dalam Islam. Orang seperti ini tidak digambarkan seperti orang kafir, tetapi disebut sebagai orang munafik.

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendengar kata "munafik" diucapkan orang. Bila hal itu terjadi, biasanya perhatian kita langsung akan terpusat pada sosok yang disebut-sebut munafik tadi. Bahkan tidak jarang kita sendiripun tergoda untuk ikut menambahkan komentar (gibah) mengenai sosok sial yang disebut munafik ini. Lalu, sejauh mana sebetulnya pengetahuan kita tentang Munafik? Berikut adalah ciri-ciri orang munafik menurut Islam.

  1. Dusta
    Hadith Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid: "Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa." Di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta."

  2. Khianat
    Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : "Dan apabila berjanji, dia berkhianat." Barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang dengan mudah kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab uzur syar'i maka telah melekat pada dirinya salah satu tanda kemunafikan.

  3. Fujur
    Dalam Pertikaian Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam : "Dan apabila bertengkar (bertikai), dia melampau batas." Ingkar Janji " Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : "Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanah) dia berkhianat." (HR. Bukhari Muslim)

  4. Malas beribadah
    Firman Allah Subhanahu wata'ala: "Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas." (An-Nisa': 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau mushola, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh karena itu, ketika sampai di dalam  dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyimak dan menghayatinya.

  5. Riya
    Di hadapan manusia dia sholat dengan khusyuk tetapi ketika seorang diri, dia mempercepat sholatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wata'ala.

  6. Sedikit berzikir
    Firman Allah Subhanahu wata'ala : "Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah Subhanahu wata'ala kecuali sedikit sekali." (An-Nisa': 142).

  7. Mempercepat sholat
    Mereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepatkan sholat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah Subhanahu wata'ala di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu wata'ala dalam sholatnya. Hadith Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam : "Itulah sholat orang munafik, ... lalu mempercepat bilangan rakaat (sholatnya)"

  8. Mencela orang-orang yang taat dan shaleh
    Mereka memperolok orang-orang yang taat dengan ungkapan yang mengandung cemohan dan celaan. Oleh karenanya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang taat kepada Allah Subhanahu wata'ala

  9. Mengolok Olok Al Quran, As-Sunnah, dan Rasulullah
    Termasuk dalam kategori Istihzaa' (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-hal yang disunnahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, jatuh Kafir. Firman Allah Subhanahu wata'ala: "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. " (At-Taubah: 65-66)

  10. Bersumpah palsu
    Firman Allah Subhanahu wata'ala : "Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai." (Al-Munafiqun: 2 & Al-Mujadilah: 16). Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: "Demi Allah, sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya kamu adalah sahabatku."

  11. Enggan berinfak
    Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan kerana riya' dan sum'ah. Mereka enggan bersedekah, kerana pada hakikatnya, mereka tidak menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.

  12. Tidak menghiraukan nasib sesama kaum muslimin
    Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah yang disebut At Takhdzil, yiaitu sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan membiarkan kaum muslimin. Orang munafik percaya bahawa orang-orang kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.

  13. Suka menyebarkan berita bohong
    Orang munafik senang memperbesar peristiwa atau kejadian. Jika ada orang yang tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis ilmu. "Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?" Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahawa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak bersedia mengungkapkannya kepada masyarakat.

  14. Mengingkari takdir
    Orang munafik selalu membantah dan tidak ridha dpada takdir Allah Subhanahu wata'ala. Oleh kerananya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: "Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini." Dia pun selalu mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Takdir.

  15. Mencaci maki kehormatan orang-orang shaleh
    Apabila orang munafik membelakangi orang-orang soleh, dia akan mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat, dan menjatuhkan kehormatan mereka. Firman Allah Subhanahu wata'ala :"Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan." (Al-Ahzab: 19)

  16. Sering meninggalkan sholat berjamaah
    Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki uzur sar'i, namun tidak mau mendatangi masjid / mushola ketika mendengar panggilan adzan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.

  17. Membuat kerusakan di muka bumi dengan dalih mengadakan perbaikan
    Firman Allah Subhanahu wata'ala : "Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami orang-orang yang melakukan kebaikan.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (Al-Baqarah: 11-12).

  18. Tidak sesuai antara zahir dengan bathin
    Secara Zahir mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam hatinya ia main-main.

  19. Takut terhadap kejadian apa saja
    Orang-orang munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu tidak tenang, keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa disibukkan oleh persoalan-persoalan hidup apapun. Dia selalu berharap: "Tinggalkan dan biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah." Padahal, keadaan tidaklah selalu apalagi menjadi lebih baik.

  20. Beruzur dengan dalih dusta
    Firman Allah Subhanahu wata'ala : "Di antara mereka ada orang yang berkata: 'Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.' Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir." (At-Taubah: 49)

  21. Menyuruh kemungkaran dan mencegah kemakrufan
    Mereka (orang munafik) menginginkan agar perbuatan keji tersiar di kalangan orang-orang beriman. Mereka menggembar-gemborkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konser, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkoba.

  22. Bakhil
    Orang-orang munafik sangat bakhil dalam masalah-masalah kebajikan. Mereka menggenggam tangan mereka dan tidak mau bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan berkecukupan.

  23. Lupa kepada Allah Subhanahu wata'ala
    Segala sesuatu selalu mereka ingat, kecuali Allah Subhanahu wata'ala. Oleh sebab itu, mereka senantiasa ingat kepada keluarganya, anak-anaknya, lagu-lagu, berbagai keinginan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Dalam fikiran dan batin mereka tidak pernah terlintas untuk mengingat (berdzikir) kepada Allah Subhanahu wata'ala, kecuali sebagai tipu daya kepada sesama manusia.

  24. Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
    Firman Allah SWT: "Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya." (Al-Ahzab: 12).

  25. Lebih memperhatikan zahir, mengabaikan batin
    Orang munafik lebih mementingkan zahir dengan mengabaikan yang batin, tidak menegakkan sholat, tidak merasa diawasi Allah Subhanahu wata'ala, dan tidak mengenal zikir. Pada zahirnya, pakaian mereka demikian bagus menarik, tetapi batin mereka kosong, rusak ,dsb.

  26. Sombong dalam berbicara
    Orang-orang munafik selalu sombong dan angkuh dalam berbicara. Mereka banyak omong dan suka memfasih-fasihkan ucapan. Setiap kali berbicara, mereka akan selalu mengawalinya dengan ungkapan menakjubkan yang meyakinkan agar tampak seperti orang hebat, mulia, berwawasan luas, mengerti, berakal, dan berpendidikan. Padahal, pada hakikatnya dia tidak memiliki kemampuan apapun. Sama sekali tidak memiliki ilmu, bahkan bodoh.

  27. Tidak memahami Ad din
    Di antara "keistimewaan" orang-orang munafik adalah: mereka sama sekali tidak memahami masalah-masalah agama. Dia tahu bagaimana mengenderai mobil dan mengerti perihal mesinnya. Dia juga mengetahui hal-hal remeh dan pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah memberi manfaat kepadanya meski juga tidak mendatangkan mudharat baginya. Akan tetapi, apabila menghadapi dialog (tanya-jawab tentang persoalan-persoalan Ad Din (Islam)), dia sama sekali tidak dapat menjawab.

  28. Bersembunyi dari manusia dan menentang Allah dengan perbuatan dosa
    Orang munafik menganggap ringan perkara-perkara yang melawan hukum Allah Subhanahu wata'ala, menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi, ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia menunjukkan kebalikannya; berpura-pura taat.

    Firman Allah Subhanahu wata'ala: "Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. "(An-Nisa': 108)

  29. Senang melihat orang lain susah, Susah bila melihat orang lain senang
    Orang munafik apabila mendengar berita bahawa seorang ulama yang soleh tertimpa suatu musibah, dia pun menyebarluaskan berita duka itu kepada masyarakat sambil menampakkan kesedihannya dan berkata: "Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan. Kami telah mendengar bahawa si fulan telah tertimpa musibah begini dan begitu. Semoga Allah memberi kesabaran kepada kami dan beliau."Padahal, di dalam hatinya dia merasa senang dan terhibur karena musibah itu.

Mari kita perkuat komitmen kita dalam mengamalkan aqidah Al-Wala’ dan Al-Baro’, yaitu mencintai apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dicintai dan membenci apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dibenci sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Keimanan kita bukan diukur dengan banyaknya ibadah kita, akan tetapi diukur dengan kepada siapa loyalitas kita, kita harus selalu bermuhasabah (introspeksi dan mawas diri) agar selalu berada dalam barisan orang-orang beriman dan berhati-hati agar tidak terperangkap dalam barisan orang-orang munafik.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Beberapa kesalahan dalam berwudhu


Wudhu memiliki kedudukan yang penting dalam Islam. Tidak sempurnanya wudhu seseorang dapat menyebabkan sholat yang ia kerjakan menjadi tidak sah, sedangkan sholat adalah merupakan salah satu rukun Islam. Oleh karena itu wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk memperhatikan bagaimana ketika dia berwudhu.

Di antara syarat syah wudhu adalah setiap anggota tubuh harus terkena basuhan. Dan jika ada bagian yang mesti dicuci, maka harus dicuci, tidak hanya cukup diusap. Jika ada bagian anggota tubuh yang tertutupi kotoran, seperti cat atau tipe-x dan sebagainya, maka harus dihilangkan. Jika tidak dan air tidak mengenai kulit atau kuku, maka membuat wudhunya menjadi tidak sah.

Setelah berwudhu, terkadang kita melihat mata kaki masih kering tak terbasuh oleh air wudhu. Begitu pula dengan tumit yang masih kering, begitu pula bagian siku kita yang masih kering tak terbasuh oleh air.

Banyak di antara kaum Muslimin yang ketika mencuci/membasuh kaki saat berwudhu tidak memperhatikan tumitnya. Mereka tergesa-gesa ketika berwudhu, hanya sekadar menjulurkan kaki di bawah kran air yang mengalir, sehingga ada banyak bagian dari tumitnya yang tidak terbasuh dengan air. Ini adalah kesalahan yang harus kita perbaiki, sehingga menyebabkan salat yang kita tunaikan menjadi tidak syah pula.

Ada hadits yang membicarakan ancaman bagi orang yang tidak berwudhu dengan sempurna. Dalilnya adalah:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ تَخَلَّفَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى سَفَرٍ سَافَرْنَاهُ فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقْنَا الصَّلاَةَ صَلاَةَ الْعَصْرِ وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ ، فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا ، فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ « وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ » . مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثً

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Kami pernah tertinggal dari Rasulullah dalam suatu safar. Kami lalu menyusul beliau dan ketinggalan shalat, yaitu shalat ‘Ashar. Kami berwudhu sampai bagian kaki hanya diusap (tidak dicuci). Lalu beliau memanggil dengan suara keras dan berkata: “Celakalah tumit-tumit dari api Neraka.” Beliau menyebut dua atau tiga kali. (HR. Bukhari no. 96 dan Muslim no. 241).

Yang namanya diusap, berarti tangan cukup dibasahi lalu menyentuh bagian anggota wudhu, tanpa air mesti dialirkan. Dalam riwayat Muslim, disebutkan bahwa ‘Abdullah bin ‘Amr berkata:

رَجَعْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِمَاءٍ بِالطَّرِيقِ تَعَجَّلَ قَوْمٌ عِنْدَ الْعَصْرِ فَتَوَضَّئُوا وَهُمْ عِجَالٌ فَانْتَهَيْنَا إِلَيْهِمْ وَأَعْقَابُهُمْ تَلُوحُ لَمْ يَمَسَّهَا الْمَاءُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوا الْوُضُوءَ »

“Kami pernah kembali bersama Rasulullah dari Makkah menuju Madinah hingga sampai di air di tengah jalan, sebagian orang tergesa-gesa untuk shalat ‘Ashar. Lalu mereka berwudhu dalam keadaan terburu-buru. Kami pun sampai pada mereka dan melihat air tidak menyentuh tumit mereka. Rasulullah lantas bersabda: “Celakalah tumit-tumit dari api Neraka. Sempurnakanlah wudhu kalian.” (HR. Muslim no. 241).

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata: “Hadis di atas adalah ancaman untuk tumit (perkara yang kecil), namun ancaman ini berlaku juga untuk hal yang lebih dari itu. Karena jika tidak dimaafkan yang sepele seperti tumit, maka yang lebih dari itu tentu tidak dimaafkan.” (At Ta’liqot ‘ala ‘Umdatil Ahkam, hal. 26).

Hadits ini juga menerangkan wajibnya menyempurnakan wudhu dan perintah membasuh anggota-anggota wudhu. Yang luput dari hal ini, ia terjerumus dalam dosa besar karena diancam dengan Neraka seperti itu. Diterangkan oleh Syaikh As Sa’di di halaman yang sama.

Syaikh As Sa’di juga mengatakan: “Jika menganggap sepele dalam berwudhu tercela, begitu pula berlebihan dan mendapati was-was dalam wudhu juga sama tercela.” (At Ta’liqot ‘ala ‘Umdatil Ahkam, hal. 26).

Makna Global :

Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dari menggampangkan dan meremehkan dalam perkara wudhu’, serta menganjurkan untuk benar-benar memperhatikan kesempurnaannya.

Hal ini karena, biasanya bagian belakang kaki, air wudhu’ tidak sampai padanya. Sehingga menyebabkan adanya celah yang mempengaruhi thoharoh (bersuci) dan sholat. Beliau juga memberitahukan bahwa adzab akan menimpanya dan menimpa orang yang menggampangkan dalam pekara bersuci yang syar’i.

Faidah yang terdapat dalam Hadis :

  1. Wajibnya membasuh/mencuci kedua kaki dengan air secara sempurna ketika berwudhu. Tidak cukup hanya dengan mengusapnya. Sebab seandainya dengan mengusap saja cukup, niscaya Nabi tidak akan memberikan ancaman Neraka bagi orang yang tidak membasuh/mencuci kedua tumitnya. Demikian penjelasan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Abdil Barr, dan an-Nawawi.

    Dalam sebagian riwayat Muslim dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi bersabda: “Celakalah mata kaki -yang tidak terbasuh air itu- karena jilatan api Neraka.” Dalam riwayat ini juga dikatakan, bahwa suatu ketika Nabi melihat seorang lelaki yang tidak membasuh kedua tumitnya, lantas beliau memberikan teguran keras semacam itu. Sehingga hal ini menjadi bantahan bagi kaum Syiah yang hanya mewajibkan mengusap kaki. Ini adalah pendapat yang batil, menyelisihi Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ serta Ijma’ umat Islam. Allah ta’ala berfirman :

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ… “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” [QS. Al Maidah: 6]

    Abdurrahman bin Abi Laila berkata: “Para sahabat Rasulullah sepakat mengenai wajibnya membasuh/mencuci kedua kaki.” Lihat Syarh Muslim [3/29-32], Fath al-Bari [1/319-320], al-Istidzkar [2/51].

  2. Menunjukkan siksa Neraka ada dua macam. Pertama siksaan yang sifatnya menyeluruh tanpa terkecualikan (seluruh badan). Dan yang kedua adalah siksaan yang sifatnya parsial, seperti disebutkan dalam hadis. Hanya tumitnya saja yang disiksa tanpa anggota tubuh yang lain.

  3. Perintah untuk menyempurnakan wudhu. Yang dimaksud menyempurnakan wudhu adalah menunaikan hak masing-masing anggota badan yang dibersihkan/dibasuh ketika wudhu Lihat Taudhih al-Ahkam [1/217], Syarh Muslim [3/41]

  4. Termasuk dalam perintah menyempurnakan wudhu adalah menyela-nyelai jari-jari kaki dengan air. Hal ini berdasarkan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dan dihasankan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma :

    “Apabila kamu berwudhu, maka sela-selailah jari tangan dan jari kakimu.”

    Hadis semakna juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Laqith bin Shabirah radhiyallahu’anhu yang disahkan oleh Tirmidzi sendiri, al-Baghawi dan Ibnu al-Qaththan Lihat Nail al-Authar [1/182] dan Tuhfat al-Ahwadzi [1/149-150].

  5. Barang siapa meninggalkan anggota wudhu tidak terbasuh oleh air, meskipun hanya selebar kuku, maka wudhunya tidaklah sah. Berkata Al Imam An Nawawy: Ini adalah perkara yang telah disepakati (oleh para ulama). Telah diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari shahabat Umar Ibnul Khattab, beliau berkata:

    أَنَّ رَجُلًا تَوَضَّأَ فَتَرَكَ مَوْضِعَ ظُفُرٍ عَلَى قَدَمِهِ فَأَبْصَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ فَرَجَعَ ثُمَّ صَلَّى

    “Bahwa seorang laki-laki berwudhu, lalu meninggalkan (kering) selebar kuku di atas kakinya. Saat Nabi melihatnya, maka beliau pun bersabda: “Kembali dan perbaguslah wudhumu.” Maka dia kembali (berwudhu) kemudian melakukan shalat.”

Demikianlah sedikit paparan mengenai sekelumit kesalahan dalam berwudhu yang banyak kita jumpai pada kaum Muslimin khususnya di negeri kita ini, semoga bermanfaat dan menjadikan kita lebih memperhatikannya lagi. Wallohu a’lam bish showab.
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Keutamaan umrah dan haji


Setiap orang pasti merindukan tanah suci, apalagi Ka’bah di tanah haram Makkah. Di tempat tersebut ada dua aktivitas ibadah yang mulia yaitu umrah dan haji. Untuk umrah sendiri bisa dilakukan setiap saat. Sedangkan haji hanya khusus di bulan haji, bulan Dzulhijjah.

Kalau ditanya “Apakah anda mau umrah?”. Semua orang pasti menjawab “Mauuuu”. Tapi ketika ditanya seberapa besar niatnya dan apa yang sudah diusahakan mungkin hanya bisa diam. Hal ini karena kebanyakan kita hanya ingin, tapi belum niat dan bersungguh-sungguh.

Nah, mengapa kita masih belum niat dan sungguh-sungguh, hal ini karena biasanya kita masih belum tau ilmunya, belum tau keutamaan dan manfaat umroh, beserta ancaman dibaliknya bagi yang tidak bersegera.

Kita mulai dengan keutamaan-keutamaannya :

  • Karena umroh adalah panggilan Allah
    “Dan berserulah kepada Manusia Untuk Mengerjakan Haji, Niscaya Mereka Akan Datang Kepadamu Dengan Berjalan Kaki, Dan Mengendarai Unta Yang Kurus Yang Datang Dari Segenap Penjuru Yang Jauh.” (QS. Al-Hajj: 27–28)

    Bahkan mayoritas Ulama mengatakan bahwa Umrah wajib sekali seumur hidup dengan melihat digandengnya kata haji dan umrah di ayat ini :

    “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah.” (QS. Al Baqarah: 196).

    Tinggal bagaimana sikap kita dalam menanggapi seruan dan panggilan Allah ini.

  • Niat mengikuti sunah Nabi Muhammad, umrah kemudian Insya Allah haji
    Dari Qotadah, “Saya Bertanya Kepada Sahabat Anas Ra,Berapa Kali Nabi Saw Menunaikan Ibadah Umroh?” Beliau Menjawab: “empat kali umroh, 1-umroh perjanjian Hudaibiyyah di bulan Dzul Qo’dah, saat dihadang oleh orang-orang musyrik, 2-umroh tahun berikutnya di bulan Dzul Qo’dah, sesuai kesepakatan sebelumnya, 3-umroh dari Ji’ronah, ketika beliau membagi-bagikan ghanimah (harta rampasan perang). Aku menduga yang dimaksudnya adalah ghanimah perang Hunain.- Qotadah bertanya, “Berapa kali Nabi Saw berhaji?” Anas Ra menjawab, “Satu kali, (sekaligus berumroh yang ke-4.” ( HR. Bukhori)

  • Dikabulkannya semua doa dan keinginan
    Jabir bin abdillah berkata, “Rumah ini (Baitullah) adalah tiang Islam, maka barang siapa yang berangkat menuju rumah ini, baik untuk mengerjakan haji atau umroh, maka telah dijamin oleh Allah, jika ia meninggal akan dimasukkan-Nya ke surga, dan jika kembali akan diberkahi dengan oleh-oleh pahala”. (HR Ibnu Jureij dengan sanad hasan).

    “Orang-orang yang mengerjakan haji dan umroh adalah dutanya Allah ‘Azza wa Jalla, Dia berikan kepada mereka apapun yang menjadi permintaanmereka, Dia kabulkan apapun doa mereka, Dia gantikan untuk mereka semua biaya, satu dirham diganti satu juta dirham.” (HR. Al-Bayhaqi)

    Niatkanlah kesana bukan sebagai tujuan, tapi sebagai wasilah (jalan) untuk bisa meraih kebaikan-kebaikan besar lainnya melalui doa yang kita ajukan disana. Maka sungguh tak ada ruginya berangkat kesana, bahkan Allah ganti 1 juta kali lipat biaya yang kita keluarkan.

  • Menghindari ancaman jika tidak bersegera
    Ada beberapa hadist yang menunjukkan bahwa jika kita sudah diberikan kemampuan dan tidak bersegera, maka Allah halangkan kita dari kebaikan-kebaikan yang tak terbatas.

    Rasulullah Saw Bersabda: “Allah Berfirman: “Sesungguhnya seorang hamba telah Aku sehatkan badannya, aku luaskan rezekinya, tetapi berlalu dari lima tahun dan dia tidak menghadiri undangan-Ku (haji/umroh), maka sungguh dia orang yang benar-benar terhalang ( dari kebaikan tak terbatas — dunia akhirat )”. (HR. Ibnu Hibban Dan Dishahihkan Oleh Al Albani Di Dalam Kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, №1662)

Maka bagi seorang muslim, kapan saja dia telah memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji atau umroh, hendaklah ia bersegera untuk menunaikannya, sebagai kewajiban yang harus dilaksanakannya, dan dalam rangka berharap untuk melihat rumah Allah yang ia hadapkan wajah ke arahnya di setiap shalat, dan juga dalam rangka berharap agar dapat menyaksikan berbagai manfaat yang telah Allah syaratkan dalam firman-Nya:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” (QS Al-Hajj: 28).
Baca Selengkapnya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS