Zikir dimanapun berada
Berdzikir kepada Allah Subhanahuwata'ala adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka siapa yang tak pernah memasukinya, ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir merupakan jalan pintas paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki.
Ingat kepada Allah seperti apa sebenernya yang harus kita lakukan...? Itu pertanyaan pertama kali saya ketika saya mendengarkan nasihat tentang keutamaan Mengingat Allah, namun pertanyaan itu memang tidak saya lontarkan, karena saya simpan dalam hati…Mengapa ? karena bagi saya pribadi, Mengingat Allah tentunya harus dlakukan setiap saat, kapanpun dan dimanapun…Dalam shalat 5 waktu ? tentu saja, tapi kadang Hati saya merasakan bahwa tidak cukup dalam 5 waktu saja kita mengingatNya, tidak hanya pada saat kita membaca Al Qur’an, atau pada saat kita berkumpul dalam sebuah majelis pengajian, juga dalam ibadah-ibadah ritual lainnya, baik yang wajib ataupun sunnah.
Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tentram hidupnya. Shalat 5 waktu yang kita kerjakan sesungguhnya tidak lebih lama dari aktifitas pekerjaan saya sehari-hari, bahkan jika dibuat “statistiknya”, porsi aktifitas duniawi pastinya akan lebih banyak . Jadi…yang harus mampu dilakukan, adalah mengingat Allah (Dzikrullah) sebanyak mungkin yang mampu kita lakukan, bertasbih kepadaNya sebanyak mungkin, bukankah Malaikat juga bertasbih kepadaNya (QS Al Baqarah : 30), Langit, bumi beserta isinya pun Bertasbih kepadaNya (QS Al Isra : 44).
Mengingat Allah sebenarnya dapat kita rasakan dan kita tanamkan selamanya seumur hidup melalui Akal dan Pikiran , serta pada Hati, Perasaan dan Jiwa/Rohani. Namun, Mengingat Allah dengan Akal dan Pikiran saja tidak akan tertanam dalam Hati, Perasaan dan Jiwa. Hanya akan bertahan beberapa saat saja, dan kemudian dengan mudah akan lupa dengan begitu saja. Karena, kita harus mampu menghadirkan Allah dalam setiap aktifitas kita, hingga kita betul-betul merasakan kecintaan yang sangat kepadaNya.
Janganlah kita sampai melupakan kegiatan Mengingat Allah, bahkan sampai melupakan-Nya, hanya karena kehidupan Dunia, Harta, Anak-Isteri serta kesibukan-kesibukan didalam ber-ikhtiar, ber-usaha maupun pekerjaan kita. Wahai hati, apa kabarmu..? Hari yang kau cintai ini, sedari subuh sudah merona tiada henti. Namun, mengapa hati masih saja bersedih? Wahai hati, kemanakah dirimu berlari? Sudahkah letih?....oh...ternyata memang cukup letih...apa tak ada tempat berbagi?...oh...ternyata lebih dari semua ini...
Wahai hati, mungkin langkah ini telah jauh meninggalkan kata dirimu. Melepas dan enggan mendengarkan. Maka masihkah ada jalan agar hati kembali bercahaya?
Wahai hati, mungkin kau sedang tak tenang hati. Menjadikan jiwa tak serindang dzikir suci.
Padahal kau tahu bukan hanya dengan mengingat-Nya hati menjadi tenang? (Qs. Ar-Rad :28)
Wahai hati, semoga dengan mengingat-Nya kembali dan dengan syahadat, iman dapat selalu terbaharui.
Ibnul Qayyim pernah berkata melalui tulisannya : ...di dalam hati juga terdapat kegelisahan yang tak mampu ditenangkan kecuali dengan berhimpun karena Allah dan pergi meninggalkan kegelisahan itu menuju Allah...
Wahai Hati, sesungguhnya setiap diri tahu, bahwa dalam raganya tersimpan banyak kebaikan. Tapi selama tidak menggerakkan potensi yang ada, sungguh kami juga tahu kalau semuanya tak kan berubah menjadi baik.
Pesan Rasulullah Saw., “Bergaullah dengan orang yang apabila engkau memandangnya, dia akan mengingatkanmu kepada Allah, sedangkan perkataannya dapat menambah ilmumu, dan perbuatannya akan membantumu cenderung beramal untuk akhirat.” (Hadits)
“Bukanlah seorang muslim, dia yang tidak melaksanakan kesopanan, dan tidak menahan diri dari perbuatan yang memalukan,” (Hadits)
“Berbahagialah mereka yang sibuk memperbaiki diri sendiri, daripada sibuk memperhatikan aib orang lain.” (Hadits)
“Barangsiapa mengingat Allah, kemudian dia menangis sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi, niscaya dia tidak akan diazab pada hari kiamat kelak.” (HR. Al-Hakim)
“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak tertolak saat berbuka,” (HR. Ibnu Majah)
Semoga hati-hati yang berdoa selalu diterangi oleh kasih-Nya.
Allah Subhanahuwata'ala tidak menghakimi seseorang karena kebagusan fisiknya, maka sekuat tenaga aku menirunya.
Allah tidak mendekati seseorang karena pintar berbicara melainkan karena tulusnya hati, maka sekuat tenaga aku menirunya.
Allah tidak pernah menolak untuk memaafkan hamba-Nya yang meminta maaf, maka sekuat tenaga aku menirunya.
Allah tidak pernah menolak cinta orang-orang yang mencintai-Nya, maka sekuat tenaga aku menirunya.
Mari hadirkan Allah dan rasul-Nya dalam setiap desah nafas, tutur kata, dan amal perbuatan kita. Dengan cara seperti inilah iman kita insya Allah akan berbuah ihsan, karena orang yang ihsan akan senantiasa berdzikir beramal shaleh meskipun kita berada sendirian di ujung dunia manapun.
0 Response to "Zikir dimanapun berada"
Posting Komentar